WHAT MADE THE CHANGES?

Tak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan. Lalu apakah yang membuat semua menjadi berubah. Waktu ataukah kita sendiri?
Meskipun kita dalam keadaan statis, kehidupan terus bergerak dan berputar, yang mau tidak mau mengubah cara kita memandang hidup dan hal-hal seputar kehidupan.
Atau paling gampangnya, mau kita diam pun, waktu terus berjalan, umur kita terus bertambah. Kapasitas dan kualitas pemikiran dan otak kita berubah. Prioritas hidup berubah. Informasi yang kita serap terus bertambah secara kuantitas dan semakin bervariasi secara kualitas, mengubah cara pandang kita, cara pikir kita. Sehingga kita pun memandang masa lalu dan segala sesuatu yang kita lakukan di masa lalu dengan cara pandang yang berbeda.
Apa yang dulu penting, sekarang bisa jadi tidak terlalu penting lagi. Apa yang dulu berarti, sekarang bisa jadi tak ada arti.
Pernahkah kamu tak bisa tidur karena terus memikirkan seseorang, lalu setelah beberapa lama, she no longer matters.
Pernahkah kamu mengidam-idamkan smartphone dengan segala fitur yang (sempat) dibilang canggih, nyatanya dalam tiga bulan ada merek lain yang melibas segala fitur itu.
Sedari SMP saya sangat menyukai dunia literasi, membaca dan menulis, seni-sastra dan komedi. Tapi begitu kuliah, saya malah mengambil jurusan administrasi bisnis.
Selalu ada hal baru lain yang membuat kita memikirkan ulang apa yang sempat berarti. Dan akhirnya yang bisa bertahan adalah yang memang teruji, yang bisa bertahan di atas perjalanan waktu. Bisa jadi karena kita memupuk perasaan suka, atau memang kualitas yang kita sukai memang tak gampang tergerus masa.
Kita masih suka orang yang sama, meskipun dalam intensitas yang berbeda.
Kita masih menggunakan smartphone yang sama yang pernah kita idamkan, karena akhirnya kita bisa merasa cukup dengan apa yang kita sudah punya. Bukan baru merasa cukup kalau kita sudah punya.
Dan saya seorang karyawan swasta, disela aktivitas yang melelahkan selalu berusaha meluangkan waktu menyelami dunia literasi, membaca dan menulis.
Kita sendiri yang akhirnya memilih dan mempertahankan apa yang berarti buat kita.
That's life
Tak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan. Lalu apakah yang membuat semua menjadi berubah. Waktu ataukah kita sendiri?
Meskipun kita dalam keadaan statis, kehidupan terus bergerak dan berputar, yang mau tidak mau mengubah cara kita memandang hidup dan hal-hal seputar kehidupan.
Atau paling gampangnya, mau kita diam pun, waktu terus berjalan, umur kita terus bertambah. Kapasitas dan kualitas pemikiran dan otak kita berubah. Prioritas hidup berubah. Informasi yang kita serap terus bertambah secara kuantitas dan semakin bervariasi secara kualitas, mengubah cara pandang kita, cara pikir kita. Sehingga kita pun memandang masa lalu dan segala sesuatu yang kita lakukan di masa lalu dengan cara pandang yang berbeda.
Apa yang dulu penting, sekarang bisa jadi tidak terlalu penting lagi. Apa yang dulu berarti, sekarang bisa jadi tak ada arti.
Pernahkah kamu tak bisa tidur karena terus memikirkan seseorang, lalu setelah beberapa lama, she no longer matters.
Pernahkah kamu mengidam-idamkan smartphone dengan segala fitur yang (sempat) dibilang canggih, nyatanya dalam tiga bulan ada merek lain yang melibas segala fitur itu.
Sedari SMP saya sangat menyukai dunia literasi, membaca dan menulis, seni-sastra dan komedi. Tapi begitu kuliah, saya malah mengambil jurusan administrasi bisnis.
Selalu ada hal baru lain yang membuat kita memikirkan ulang apa yang sempat berarti. Dan akhirnya yang bisa bertahan adalah yang memang teruji, yang bisa bertahan di atas perjalanan waktu. Bisa jadi karena kita memupuk perasaan suka, atau memang kualitas yang kita sukai memang tak gampang tergerus masa.
Kita masih suka orang yang sama, meskipun dalam intensitas yang berbeda.
Kita masih menggunakan smartphone yang sama yang pernah kita idamkan, karena akhirnya kita bisa merasa cukup dengan apa yang kita sudah punya. Bukan baru merasa cukup kalau kita sudah punya.
Dan saya seorang karyawan swasta, disela aktivitas yang melelahkan selalu berusaha meluangkan waktu menyelami dunia literasi, membaca dan menulis.
Kita sendiri yang akhirnya memilih dan mempertahankan apa yang berarti buat kita.
That's life
Komentar
Posting Komentar