Teroris, Pergilah Kau ke Neraka !!

Akhir-akhir ini saya resah bukan hanya masalah jodoh yang tak kunjung datang, tapi aksi teroris yang semakin nekad. Apalagi sempet lihat ada berita di grup whatsapp yang bilang kalau beberapa pusat perbelanjaan di Garut menjadi incaran teroris juga. Perkara valid atau tidaknya berita ini saya nggak tahu, cuman setidaknya bikin was-was itu pasti. Kamu bisa bayangkan disaat bulan MEI yang harusnya memunculkan tanda-tanda MEI-NIKAH, eh yang datang malah tanda-tanda bom bunuh diri para teroris. Ngeurii..

Aksi teror dengan menggunakan bom bunuh diri memang jamak dilakukan. Hal ini sebenarnya membuat kita patut bertanya-tanya, bagaimana cara aktor intelektual meyakinkan pelaku bom bunuh diri untuk rela menyerahkan nyawanya dengan cara yang mengerikan?

Ada pertanyaan besar dalam kepala saya ketika menyadari ada logika-logika yang tidak bisa nyambung untuk aksi semacam ini. Misalnya, janji masuk surga bagi pelaku. "Hey, emangnya ente siapanya Tuhan?". Kalau memang betul aksi ini diyakini atau diimani mendapatkan balasan surga, kenapa bukan si aktor intelektual teror sendiri yang melakukannya? Kenapa dia memberikan “tiket” surga itu kepada pengikutnya?

Dengan menyerahkan tugas by pass menuju surga kepada orang lain, bukankah itu menunjukkan bahwa bom bunuh diri dibalas surga tidak benar-benar begitu diyakini sama si pemilik ide konyol itu sendiri?

Saya yakin betul orang-orang biadab tersebut paham dengan ayat-ayat agama yang melarang seseorang melakukan bunuh diri. Saya yakin betul cecunguk-cecunguk yang meminta seorang perempuan dan anak-anak untuk jadi martir tidak sepenuhnya percaya akan doktrin mereka sendiri. Kalau mereka sepenuhnya yakin, jelas mereka yang akan berebutan untuk jadi martir—bukan malah menyuruh orang lain.

Hal ini kemudian bermuara pada kesimpulan mengerikan berikutnya, bahwa bedebah-bedebah sampah dunia ini memang betul memanfaatkan dan memelintir ayat-ayat Tuhan untuk meyakinkan pengikutnya agar rela menyerahkan nyawa demi kepentingan mereka. Rela menyerahkan nyawa demi tujuan busuk mereka. Percaya pada doktrin-doktrin yang tidak dipercayai sendiri oleh mereka.

Saya yakin mereka tahu bahwa bunuh diri dalam agama adalah dosa besar. Dengan nalar sederhana tanpa perlu mengutip ayat-ayat Tuhan saja kita bisa paham kenapa bunuh diri mendapatkan ganjaran pedih di neraka. Alasan sederhananya, karena pelaku pembunuhan harus merenggang nyawa tepat ketika ia melakukan dosa pembunuhan.

Tidak perlu ditarik ke kasus bom bunuh seperti yang terjadi di Gereja Surabaya. Pada peristiwa bunuh diri biasa seperti gantung diri, minum obat serangga, sampai terjun dari gedung tinggi semuanya adalah praktik pembunuhan. Bahkan bisa saja digolongkan sebagai aksi pembunuhan berencana.

Masalahnya, korban dari aksi pembunuhan ini adalah diri pelakunya sendiri. Pada akhirnya bukan soal kematiannya yang membuat seorang pelaku bunuh diri diganjar neraka, melainkan pada dosa pembunuhan. Masalahnya, dosa pembunuhan yang dilakukan bertepatan dengan kematiannya sendiri sehingga mustahil bisa bertaubat setelah melakukannya.

Lebih mengerikannya lagi, para pelaku di bom Surabaya ini memang meniatkan untuk membunuh orang lain, selain dirinya sendiri. Jadi bisa dibayangkan ada berapa dosa pembunuhan yang harus ditanggung oleh yang bersangkutan.

Mun wani mah tong maen bom-boman, gelut hiji lawan hiji jeung aing..!!!
#siganuenya

Komentar