Love Your Self Dimulai dengan Memaafkan Orang yang Menyakiti

Belakangan saya mulai aktif lagi nulis di blog. Seorang teman meminta saya , "coba dong bikin artikel tentang bagaimana agar mencintai diri sendiri, bangga menjadi diri sendiri, be your self gitu". Pikir saya dalam hati, ni orang kenapa? Apa dia  merasa tidakpercaya diri?, ragu-ragu pada dirinya sendiri?, atau peristiwa buruk apa yang membuat dia merasa enggak bangga pada dirinya sendiri?, entahlah saya hanya menerka.

Love your self,
Kalimat di atas sudah sering kali kita baca atau dengar dari orang lain. Mencintai diri. Apa yang dimaksud dengan mencintai diri? Atau bagaimana caranya mencintai diri sendiri?

Mencintai diri berarti menghargai diri sendiri terlebih--menerima diri sendiri, sejujurnya, apa adanya. Bagaimana bisa kita berkata mencintai diri sendiri jika kita masih tidak bisa menerima diri apa adanya? Menerima diri berarti tidak lagi menyalahkan, mengutuki, atau mengeluh atas diri sendiri. Kita tidak sadar, bahwa seringnya menyalahkan diri bisa membuat hati kita semakin mengecil, mengkerut, dan akhirnya hanya seperti gumpalan kecil di balik tubuh kita.

Kamu - yang saat ini merasa tidak ada yang bisa dibanggakan dari dirimu, jangan pernah biarkan hatimu sendiri mengecil dan mengerut. Jangan mengubur hatimu sendiri ke tempat paling dalam yang tak terlihat oleh dirimu sendiri. Cintai dirimu, cintai hatimu, cintai apa yang kamu lakukan, cintai pikiranmu, cintai segala yang kamu miliki, baru setelah itu, kamu bisa sungguh-sungguh 'jatuh cinta' dan mencintai orang lain sepenuhnya.

Belajar Memaafkan dan Berterimakasih,
Cara paling ampuh untuk bisa belajar menerima diri sendiri adalah dengan memaafkan dan berterima kasih. Percaya bahwa diri kita baik-baik saja, apa adanya.

Sepanjang hidup ini, hati kita telah sering disakiti baik oleh orang yang sangat kita cintai, maupun oleh orang yang sama sekali enggak kita kenal. Dari kita diperlakukan semena-mena, kepercayaan kita dikhianati, sampai kita dianggap enggak ada. Meski sakit hati itu sesuatu yang wajar, namun dari berbagai sakit hati yang kita alami … cukup banyak sakit hati yang lama sekali enggak sembuh-sembuh. Kita terus merasakan perihnya lagi dan lagi. Dan kita susah sekali memaafkan orang yang telah menyakiti hati kita.

Kita menyangkal kenyataan, bahwa menyimpan dendam amarah itu enggak hanya bikin kita menderita, tapi juga bakal merusak hubungan cinta yang sedang berjalan saat ini, mengganggu karir dan pekerjaan, mengusik kenyamanan relasi keluarga, dan hal-hal penting lainnya. Menyimpan dendam amarah juga membuat kita menutup diri dari kehadiran orang-orang baru, dan melalaikan berkah indah yang tersaji saat ini. Saat ini sebagian (besar) orang sepertinya mempertahankan agar selalu mendendam dan marah, bahkan mengorbankan kebahagiaannya sendiri.

Bila kita mau merenung, menengok ke dalam diri, sejenak saja … kita akan sadar diri, kita perlu pelan-pelan mengikhlaskan dendam amarah. Kita perlu memaafkanya lebih demi kebaikan kita sendiri. Jadi kita bisa move on dan bahagia seutuhnya.

Ketika bicara soal belajar memaafkan … buat saya, ini sesuatu yang enggak mudah. Kemarahan kepada mantan dan orang tercinta, serta kemarahan yang saya pendam selama ini … Ketika seseorang mengingatkan saya bahwa kalau saya terus menyimpan dendam amarah, saya menuju ke jurang penderitaan … saya langsung menjawab: “Diamlah kamu … saya belum puas kalau saya belum kesampaian membalas dendam ini!”.

Tapi sekarang ini, saya telah berniat mengubah arah. Saya pelan-pelan belajar mengikhlaskan dendam amarah. Saya terus belajar memaafkan. 

Sebagian besar manusia sebenarnya sadar bahwa “Memaafkan itu menyembuhkan. Memaafkan itu punya daya yang besar untuk membuat hidup jadi lebih indah”. Namun lucunya, tak banyak yang berani melakukannya. Karena yang memaafkan dinilai sebagai orang yang kalah, enggak keren.

Renungkanlah … Manusia berusaha menghapus masa lalu, atau melupakan apa yang terjadi, namun ini malah memperkuat perihnya sakit hati. Manusia yang puas membalas dendamnya akan diikuti pula dengan “api” yang semakin mengganas melumat dirinya sendiri. Di sisi sebaliknya … memaafkan bukan berarti menghapus masa lalu, bukan pula melupakan apa yang telah kamu alami. Memaafkan itu enggak akan memberi garansi bakal bikin orang yang telah menyakiti hatimu nyadar, lalu mengubah perbuatannya. Kita enggak bisa mengendalikan orang lain. Memaafkan juga bukan berarti rela terus-terusan disakiti. Kalau kamu sudah disakiti kelewat batas, disarankan untuk pelan-pelan belajar memaafkannya, dan sebisa mungkin mengambil jarak dengan pihak yang menyakiti. Ini merupakan langkah yang bijak.

“Kamu memaafkannya” itu berarti kamu ikhlas melepaskan kemarahanmu … kamu ikhlas melepaskan sakit hatimu. Dan kamu berniat melangkah berpindah ke keadaan yang lebih baik buatmu. Iya, perihal memaafkan itu selalu enggak mudah, tapi kita bisa pelan-pelan belajar memaafkan. Hidup ini bukanlah sebuah arena perlombaan menyimpan dendam marah sebanyak dan selama mungkin. Namun hidup ini sebuah rumah yang selayaknya kita isi dengan sesedikit mungkin sampah kemarahan … syukur-syukur enggak ada sampah, jadi yang datang berkunjung pun tersenyum indah

"ketika kamu patah hati, ingatlah 'patah hati' itu hanya kata khiasan. Hatimu enggak beneran patah, tetapi hatimu masih utuh", -- Adjie Silarus.

Tulisan ini sebagai pengingat untuk diri saya sendiri. Semoga bermanfaat juga untukmu ya 🙏









Komentar